Republiktoday
Pariwisata
BIMA- Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki banyak tempat pariwisata yang bakal ramai dikunjungi wisatawan setiap akhir pekan. Salah satunya adalah Pariwisata Pantai Lariti yang berada di Desa Soro, Kecamatan Lambu, Bima, NTB.
Dari sekian banyak pariwisata yang ada, Pantai Lariti memiliki keindahan yang mempesona. Di saat air surut, pengunjung akan disuguhkan dengan fenomena yang menakjubkan. Laut terbelah dua, ibarat kisah Nabi Musa, kemudian muncullah jalan berpasir dengan lebar 3 meter. Jalan ini menghubungkan Pantai Lariti dengan pulau kecil di tengah laut yang luasnya sekitar satu hektare.
"Biasanya fenomena laut terbelah dua itu terjadi di pagi hari sekitar pukul 06.00 (WITA) hingga menjalang siang. Sekitar pukul 13.00 WITA, jalan penghubung antara pantai dan pulau kecil yang panjangnya sekitar 300 meter tersebut, akan kembali ditutupi birunya laut. Fenomena laut terbelah inilah yang membuat penasaran pengunjung sehingga pantai lariti ramai dikunjungi saat ini," tutur salah seorang warga lambu, Mirwan Abdillah
Meski warga sekitar sudah lama mengetahui keberadaan dan keindahan Pantai Lariti, lanjut Mirwan, namun, baru-baru ini saja pantai ini ramai dikunjungi warga. Turis yang sedang melintas ke Labuan Bajo biasanya juga akan mampir di pantai ini.
Konon, nama pantai yang berada di ujung timur Kabupaten Bima ini, diambil dari nama lingkungan di desa setempat. Pada zaman dulu, Pantai Lariti dikenal dengan Pantai Lampa Jara (jalanan kuda) karena dulu biasa digunakan oleh para warga sebagai tempat pelepasan kuda termasuk kuda milik para sultan Kerajaan Bima.
"Karena sudah biasa disebut Pantai Lariti, sampai sekarang tetap dikenal dan disebut Pantai Lariti. Sementara sebutan Pantai Lampa Jara pada zaman dulu sudah hilang seiring banyaknya warga yang menyebutnya Pantai Lariti," ujarnya.
Dari sekian banyak pariwisata yang ada, Pantai Lariti memiliki keindahan yang mempesona. Di saat air surut, pengunjung akan disuguhkan dengan fenomena yang menakjubkan. Laut terbelah dua, ibarat kisah Nabi Musa, kemudian muncullah jalan berpasir dengan lebar 3 meter. Jalan ini menghubungkan Pantai Lariti dengan pulau kecil di tengah laut yang luasnya sekitar satu hektare.
"Biasanya fenomena laut terbelah dua itu terjadi di pagi hari sekitar pukul 06.00 (WITA) hingga menjalang siang. Sekitar pukul 13.00 WITA, jalan penghubung antara pantai dan pulau kecil yang panjangnya sekitar 300 meter tersebut, akan kembali ditutupi birunya laut. Fenomena laut terbelah inilah yang membuat penasaran pengunjung sehingga pantai lariti ramai dikunjungi saat ini," tutur salah seorang warga lambu, Mirwan Abdillah
Meski warga sekitar sudah lama mengetahui keberadaan dan keindahan Pantai Lariti, lanjut Mirwan, namun, baru-baru ini saja pantai ini ramai dikunjungi warga. Turis yang sedang melintas ke Labuan Bajo biasanya juga akan mampir di pantai ini.
Konon, nama pantai yang berada di ujung timur Kabupaten Bima ini, diambil dari nama lingkungan di desa setempat. Pada zaman dulu, Pantai Lariti dikenal dengan Pantai Lampa Jara (jalanan kuda) karena dulu biasa digunakan oleh para warga sebagai tempat pelepasan kuda termasuk kuda milik para sultan Kerajaan Bima.
"Karena sudah biasa disebut Pantai Lariti, sampai sekarang tetap dikenal dan disebut Pantai Lariti. Sementara sebutan Pantai Lampa Jara pada zaman dulu sudah hilang seiring banyaknya warga yang menyebutnya Pantai Lariti," ujarnya.
warga sekitar pun berharap, apapun namanya, gugusan surga Tuhan tersebut sangat mempesona. Dia juga berharap keindahan dan kecantikannya akan tetap terjaga dengan baik sehingga tetap ramai dikunjungi orang, apalagi saat musim libur panjang. (ewan)