Foto Situs Wadu Pa'a (Batu Yang dipahat).
Bima,Taroainfo.Com,- Perkembangan daerah akan ditentukan oleh sumberdaya manusia yang berkualitas dan sebaliknya, daerah akan semakin jalan ditempat bahkan terpuruk bila didalamnya tidak memiliki kapasitas manusia produktif, kreatif dan inovatif yang akan merumuskan, mengelolah, mengatur dan menata sesuatu yang ada didalamnya.
Perkembangan daerah itu tidak saja pada sektor pembangunan dengan membuka jalan tani, menyediakan sarana-prasarana, akan tetapi banyak hal supaya daerah bisa berkembang. misalnya melestarikan tempat-tempat yang berpontensi untuk dijadikan sebagai tempat wisata dengan cara memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada.
Kabupaten Bima terdapat 18 Kecamatan dan 191 Desa. Bima adalah Kabupaten yang masih kaya akan potensi alam, salah satu kekayaan alam itu terdapat disatu kecamatan yaitu Kecamatan Soromandi, Kerena soromandi merupakan bagian dari Kabupaten Bima yang memiliki keindahan alam untuk dilestarikan menjadi tempat rekreasi atau wisata, misanya diasa Kota dusun Lia Desa Punti, dan diwadu Pa,a Desa Kananta.
Situs wadu pa,a merupakan salah satu situs candi tebing yang memiliki nilai historis yang cukup tinggi, wadu pa,a merupakan tempat pemujaan agama budha atau mengandung unsur budha dan siwa. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya relief, genesha, mahaguru, lingga-Yoni relief bhuda (bumi sparsa mudra), termasuk stupa gua gaja bali atau stupa-stupa dicandi Borobudur yang berasal dari abad X. Serta didukung dengan terteranya candrasangkala pada prasasti yang berbunyi saka waisaka purnama sidi atau tahun 631 caka yang disesuaikan dengan Tahun 709 Masehi.
Aikon kedua tak kalah menariknya dari wadu Pa'a yaitu benteng Asakota. Benteng ini dibangun pada sekitar tahun 1667 disebuah pulau kecil yang diberi nama nisa soma. Tempat dipintu masuk teluk bima yang diberi nama asa kota (asa = mulut, sedangkan kota = kota). jadi asa kota merupakan pintuk masuk menuju bima dengan melewati teluk bima yang indah, tenang dan damai. banteng asa kota dibagun dari tumpukkan batu-batu besar dan kecil yang disusun rapi mengelilingi nisa soma seluas lebih dari 1 hektar.
Namun lagi lagi kita gagal mempublikasikan keindahan itu melalui jalur internasional yang disebapkan, kurangnya partisipan dan kesadaran masyarakat serta minimnya pengetahuan kita tentang wisata. Sementara disisi lain pemerintah seolah-olah menganggap bahwa wisata tidak penting, padahal wisata adalah bagian dari pendapatan asli daerah (PAD) atau pendapatan asli desa (PADES) bila dikegelolah dan tata dengan baik.
Perhatian pemerintah adalah hal yang paling utama untuk bisa mengembangkan wisata, dalam hal ini pemerinta harus mampu mempercayakan pengetahuan tentang ilmu wisata melalui kampus-kampus yang ada dan berhubungan dengan wisata. Kemudian dilain hal pemerintah harus mendukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga wisata itu mendapatkan oucpot yang efektif.
Dengan hal ini, harapan kami selaku masyarakat yang ada disekitar, kirahnya pemerintah daerah maupun pemerintah propinsi dapat berpartisipasi, menyediakan sarana yang memadai untuk mengembangkan potensi alam (wisata) supaya bisa setara dengan wisata nasional. Masyarakat soromandi selalu menilai bahwa hampir disetiap pesisiran yang ada dikecamatan soromandi selalu aktif dan ramaih oleh pengunjung, mulai dari desa ntana sampai desa sampungu, namun kehadiran pengunjung tidak memiliki asas manfaat bagi masyarakat setempat.
Penulis : Najamudin, M.M, Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Soromandi-Bima (STIPAR).