BIMA, TAROAINFO.com-Pasca malam pertama Pengkaderan Himpunan Mahasiswa Madapangga (HIPMA), di Aula Kantor Camat Madapangga, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Jum'at (8/10/21) Malam.
Pelopor Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Madawau Syuryadin, S.Pdi mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada Ketua Panitia pelaksana Pengkaderan HIPMA, Firdaus, lebih-lebih kepada Pelopor HIPMA Junaidin, S.Pd atas undangan, serta kepercayaannya sebagai pemateri pada malam pertama pengkaderan.
"Materi yang di bawah pada kesempatan ini yakni, materi Indentitas Mahasiswa," Ucapnya ada Media ini.
Syuryadin juga menyampaikan, Mahasiswa terbagi dua yaitu Maha dan Siswa, Maha itu Tinggi dan Siswa itu Belajar dapat disimpulkan mahasiswa adalah belajar tertinggi.
Lanjut Syuryadin, Identitas adalah sesuatu yang melekat pada sesuatu dan membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, jika sesuatu itu tidak melekat bukan identitas mahasiswa.
Mahasiswa adalah seseorang yang sudah mendaftar diri di perguruan tinggi negeri maupun swasta, memiliki hak, kewajiban dan mengikuti semester berjalan, dapat dibuktikan secara adimistrasi, Almater, dan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).
Adapun ciri–ciri mahasiswa yaitu RAKUS.
R= Rasional
A = Analisis
K = Kristis
U = Universal
S = Sitematis atau tersusun secara rapi.
Peranan dan Fungsi Mahasiswa
- Iron stock = Memiliki kepribadian yang baik, akhlak yang terpuji
- Agent of Sosial control = Pengontrol dalam masyarakat secara umum.
Agent of change = Agen perubahan
Disisi lain Mahasiswa juga memiliki tiga peran pokok yakni:
- Peran moral
- Peran sosial
- Peran intelektual.
Kesuksesan Mahasiswa
- Akademis (mulai masuk kampus)
- Organisasi (tempat atau wadah berkumpul melebihi satu orang dan memiliki tujuan yang sama)
- Romantisme (ekstra atau hasrat).
Menurutnya sifat mahasiswa :
- Akademis (Kuliah Kampus)
- Organisatoris (Aktif Organisasi)
- Apatis (cuek atau acuh tak acuh)
- Prakmatis (Instan, praktis, suka copas)
- Hedonis (kesenagan semata, hura-hura)
- Opurtunis (Mencari keuntungan)
Mahasiswa yang sering disebut sebagai komunitas terdidik, cerdas, memiliki berbagai keterampilan dan bervisi masa depan, dituntut kiprah dan peran positifnya di tengah kehidupan masyarakat. Dengan ”segudang atribut“ yang melekat pada dirinya.
Mahasiswa sering dijadikan “simbol” akan berbagai harapan dan perubahan. Ia dituntut mewakili setiap keinginan masyarakat yang kadang tidak tersalurkan dengan baik.
Mahasiswa juga diharapkan menjadi pembela sekaligus penyambung lidah dari berbagai bentuk diskriminasi serta ketidakadilan yang dialami masyarakat, dan yang teramat penting adalah dipundak mahasiswa nantinya diletakkan harapan akan terciptanya kehidupan yang lebih baik dari yang dirasakan hari ini.
Mengingat mahasiswa berada pada eksistensinya sendiri sekaligus dengan cirinya sendiri. Sebagai sosok yang bergelut didunia akademisi maka sepantasnya setiap ucapan dan tindakannnya tidak saja berwawasan Ilmiah tetapi di dalamnya termuat nilai kejujuran, keadilan dan kemanusiaan.
Dengan kapasitas intelektualnya dan pengasahan daya nalarnya maka sosok mahasiswa harus mampu menganalisa sekaligus menelaah setiap persoalan yang muncul kepermukaan, apakah di dalam kampusnya sendiri maupun diluar kampus dan pada saat yang sama dapat memberi jawaban yang argumentatife dan bertanggung jawab.
Dalam perjalanan masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia, dalam setiap dinamika kehidupan yang senantiasa bergerak maju mengikuti perkembangan zaman, maka kiprah dan peran Mahasiswa senantiasa memberi ruang bagi terjadinya perubahan.
Di Indonesia misalnya terutama setelah kemerdekaan, peran Mahasiswa begitu dominan dalam melakukan kontrol sosial yang tujuannya adalah bagaimana terciptanya kehidupan yang lebih baik dan kondusif.
Dengan demikian, bagi seorang mahasiswa dengan daya nalar dan kapasitas intelektualnya, seyogyanya dapat mengantar dirinya untuk menemukan jati dirinya yang paripurna yaitu sosok yang cerdas yang memiliki kepekaan sosial, mampu membaca dinamika dari alur kehidupan yang berkembang di tengah kompleksitas kehidupan masyarakat, untuk selanjutnya dapat memberi jalan keluar dari setiap problem kehidupan yang terjadi.
Mahasiswa yang Ideal, Penulis menyadari bahwa membuat format yang disepakati tentang sosok Ideal Mahasiswa adalah sebuah kemustahilan, Hal ini terutama karena pandangan dan harapan yang ditujukan kepada mahasiswa begitu banyak dan beragam, juga karena dinamika dan Mahasiswa bergerak begitu cepat.
Karena itu, kesepahaman tentang prinsip-prinsip umum yang dimiliki oleh mahasiswa mungkin dapat dijadikan rujukan, setidak menilai sosok mahasiswa yang “dianggap” Ideal.
Secara umum dapat dikatakan , mahasiswa adalah bagaian dari generasi muda atau anak bangsa yang menuntut Ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai Identitas Diri. Dengan demikian sejatinya seorang mahasiswa harus tercatat dan aktif dalam pergulatan Dinamika yang dikembangkan perguruan Tinggi dengan segala aturannya, sebagai tempat melakukan olah pikir dan pengasahan daya nalar seperti Berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan dan diskusi kemahasiswaan yang bersifat rutin.
Antara perguruan tinggi dengan segala komponennya serta mahasiswa dengan segala atributnya, harus terjalin sikap dan komunikasi dua arah (Andragogy system). Perguruan Tinggi yang diwakili oleh Dosennya dituntut memberikan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi kiprah dan perjalanan mahasiswanya, dalam hal ini dosen tidak saja memberi pelajaran sekedar memenuhi kebutuhan kurikulum, tetapi bagaimana memberikan rangsangan pemikiran kepada mahasiswanya untuk dapat mengetahui, menelaah, sekaligus menganalisa dinamika kehidupan yang terjadi.
Artinya seorang dosen tidak saja “mengajar” atau “mendidik” peserta didiknya tetapi juga dapat menjadi teman diskusi dialog bagi mahasiswanya. Sebaliknya seorang mahasiswa juga di tuntut aktif memberi masukan dan menggali setiap fenomena yang muncul, terutama karena derasnya perubahan kehidupan.
Dengan demikian, baik perguruan tinggi di satu pihak maupun mahasiswa dari pihak lain telah terjadi akumulasi dan proses pembelajaran yang sedemikian rupa, sehingga keduanya telah tejadi proses saling menerima dan memberi (take and given).
Dengan gambaran singkat di atas dan setelah melalui pengolahan pemikiran yang sedemikian rupa, maka pada diri mahasiswa akan tergambar sikap yang bertanggung jawab, berpihak kebenaran dan berdimensi keadilan.
Sikap itu bukan hanya dalam bentuk perilaku tetapi telah menjadi bagian dari identitas yang melekat pada dirinya. Hal inipun berimplikasi pada terjadinya proses peralihan dan penguatan struktur ke cultur, transformasi yang bersifat massif di alihkan menjadi penguatan-penguatan individu. Dalam konteks ini mahasiswa harus dipandang sebagai individu-individu yang otonom dan mempunyai kebebasan untuk berpikir dan mengambil peranan sesuai dengan kecendrungan dan otoritas yang dimilikinya.
Dengan demikian perguruan tinggi di maknai sebagai tempat berkumpulnya individu-individu yang merdeka dan independent dengan relasi hubungan dan komunikasi yang cair dan mengurangi kekuatan formalitas yang mengitarinya. Untuk lebih memberi bobot dari sikap dan perilakunya, maka sosok mahasiswa harus memiliki setidaknya empat Identitas yaitu:
1. Mahasiswa sebagai insan religius, dengan identitas ini, maka seorang mahasiswa harus memiliki landasan moral yang kuat sebagai manifetasi dan pengejewantahan dari ajaran agama yang di gelutinya. Mahasiswa yang demikian dalam setiap kiprahnya tidak saja dituntut pikiran-pikiran jernihnya tetapi bagaimana aktualisasi dari pikiran itu mendorongnya untuk mengamalkannnya sebagai bagian dari ajaran agama yang menyeru kepada kebajikan serta mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar).
2. Mahasiswa sebagai insan akademis, Identitas ini harus di pahami sebagai pendorong untuk mengisi diri dengan berbagai kemampuan intelektual. Pengisian ini tidak tebatas pada disiplin ilmu yang digeluti tetapi juga ilmu lain yang dapat digapai dan membawa manfaat terhadap dirinya maupun orang lain. Pengisian itu juga tidak boleh dibatasi oleh waktu dan ruang akademik saja, tetapi olahan-olahan ilmu harus senantiasa di gali sepanjang kemampuan yang dimiliki. Justru harus di ketahui bahwa ilmu dan bacaan yang tidak pernah kering untuk digali adalah lingkungan dan masyarakat yang ada di sekeliling kita. Mahasiswa sebagai insane akademis juga harus diartikan sebagai sosok yang bebas menentukan sikap, ukurannnya adalah objektifitas dalam mengemukakan argument cinta kebenaran dan keadilan. Dengan pemahaman yang demikian maka ilmu yang dimiliki betul-betul menyentuh kebutuhan masyarakat banyak, sebab ilmu itu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu adalah untuk di amalkan.
3. Mahasiswa sebagai insan, sosial dengan konsep ini seorang mahasiswa senantiasa menyadari akan hakikat dan keberadaannya, bahwa ia hadir dalam ruang yang tidak hampa. Ia dikelilingi oleh insane-insan lain dengan berbagai persoalan dan latar belakangnya masing-masing. Dengan kapasitas dan pemahaman keilmuannnya. Ia pun harus memberikan kontribusinya terhadap setiap persoalan yang dihadapi lingkungannya.
4. Mahasiswa sebagai insan yang mandiri Salah satu yang harus terpatri dalam diri mahasiswa adalah kesadaran kemandiriaannya. Tuntutan ini lebih pada kemampuan mengolah hasil pikirannnya tanpa dipengaruhi oleh kekuatan lain. Sehingga obyektivitas dan independensi dari tindakannya senantiasa terjaga. Dengan kemandirian yang dimiliki ia bebas memainkan perannnya sesuai dengan kebenaran yang diyakininya sendiri dan tuntutan nuraninya.
Kesadaran ini harus dibangun dan di asah terus menerus, sebab kemandirian itu ternodai maka objektivitas perilaku akan di pertanyakan yang pada gilirannnya tindakannya tidak lagi berpihak pada kepentingan masyarakat.
Ke empat identitas diatas harus di pahami secara komprehensif dan saling bersinergi menjadi satu keutuhan, sehingga nantinya muncul satu citra positif yang tergambar dari pikiran dan perilakunya. Citra itu adalah sosok mahasiswa yang berilmu, mempunyai sifat keterbukaan, dinamis dalam bertindak, tegas dalam berprilaku serta jujur dan konsekuen.
Dalam konteks kemahasiswaan, kesarjanaan adalah penguasaan ilmu apa saja yang bermanfaat bagi peradaban dan kemanusiaan, baik ilmu agama, eksakta, dan social ekonomi. Kesarjanaan itu tidak dengan sendirinya merupakan nilai yang selesai bilamana tidak disertai dengan tindakan nyata bagi kepentingan kemajuan masyarakat dan kemajuan masyarakat dan kemanusiaan sebagai bentuk pengabdian yang tak pernah usai. Disamping dengan atributnya.
Mahasiswa dituntut memilik sikap toleransi, persaudaraan, keikhlasan dan tanpa pamrih sehingga ia dapat melakukan pembelaan terhadap wong cilik, kaum mustadh’afin, serta gologan tertindas lainnya.
Ditambahkannya, Dirinya berharap belajarlah sungguh-sungguh dan tetap ikhlas disetiap materi dibawah oleh para pamateri yang lain nantinya dan Renungkahlah bertapa besar perjuangan kedua orang kita demi anaknya menempuh pendidikan.
"Orang tua kita tanpa mengenal panasnya sinar matahari, dinginnya air hujan, satu catatan dari kedua orang tua yakni melihat anaknya sukses disaat mereka ada di dunia ini," Tutupnya.
*Red*