Foto: Penulis Imelda Islamiyati/dok: Ist. |
JAKARTA, TAROAINFO.COM.-Ekonomi merupakan pilar utama dalam pembangunan bangsa yang maju, berdaulat dan berkelanjutan. Untuk itu, stabilitas ekonomi menjadi kata kunci agar dapat menggerakkan ekosistem lain seperti politik, sosial, pemerintahan, pendidikan, mengatasi kemiskinan, ketimpangan sosial, pengangguran, pemerataan pembangunan infrastruktur dan mengatasi sejumlah persoalan fundamental kenegaraan lainnya. Di atas kesemuan itu, anggaran pendapatan belanja negara alias APBN merupakan fondasi utama dalam menjawab visi-misi serta program prioritas suatu pemerintahan dalam skema kebijakannya.
Pertanyaan besarnya adalah apa dan bagaimana fokus belanja APBN Indonesia? Laporan tahun 2023 mengungkapkan, bahwa Pendapatan dan Belanja Negara terfokus pada lima aspek penting yakni; (1) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, (2) Kelanjutan Pembangunan Infrastruktur, (3) Reformasi Birokrasi, (4) Revitalisasi Industri, dan (5) Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan (Ekonomi Hijau).
Hal tersebut selaras dengan kesiapan pemerintah dalam menyambut bonus demografi tahun 2030 dan menyongsong Indonesia Emas 2045 serta mengisi Negara Nusantara Maju, Berdaulat dan Berkelanjutan.
Kendati demikian, Pemerintah juga dalam kerangka memastikan pelaksanaan kebijakan fiskal yang efektif, membutuhkan upaya reformasi struktural yang berkelanjutan yang didukung oleh langkah-langkah komprehensif dalam kebijakan fiskal. Ini termasuk optimalisasi pendapatan negara, peningkatan kualitas dan efisiensi pengeluaran negara, serta kelanjutan pembiayaan anggaran.
Pendekatan ini berlandaskan pada kebijakan transformasi ekonomi, dengan mempertimbangkan risiko-risiko ekonomi global dan potensi ekonomi nasional. Meskipun menghadapi gejolak ekonomi global yang besar, Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonominya. Selama sepuluh tahun sebelum munculnya pandemi COVID-19, Indonesia termasuk di antara sedikit negara di G20 yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata global. Dari tahun 2010 hingga 2019, sebelum pandemi merebak, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4%, jauh melampaui angka pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,7%.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2023 mencapai 5,17% (YoY), mengalami peningkatan dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,04% (YoY). Kinerja ini menunjukkan inklusivitas dan keberlanjutan, tercermin dari indikator kesejahteraan sosial. Upaya dilakukan untuk menjaga tingkat pengangguran terbuka pada kisaran 5,3-6,0%, sambil mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan yang diharapkan berada pada masing-masing tingkat 7,5% - 8,5%. Peningkatan ini mencerminkan perbaikan dalam indikator kesejahteraan, yang tercermin dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia yang diharapkan akan mencapai angka di atas 75 persen.
Pertanyaan selanjutnya, apa yang menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia? Setelah dilacak, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia dipicu oleh sejumlah faktor termasuk investasi sektor infrastruktur, peningkatan produksi dalam sektor industri dan pertanian, ekspor komoditas, pertumbuhan populasi, serta upaya pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan bisnis dan investasi. Maka dari itu, apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah agar menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik, efektif dan stabil:
(1) Kebijakan Fiskal dan Moneter dimana kondisi ini pemerintah dan bank sentral dapat menggunakan kebijakan fiskal (terkait anggaran dan pajak) serta kebijakan moneter (terkait suku bunga dan pasokan uang) untuk mengendalikan inflasi, mendorong investasi, dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi;
(2) Peningkatan Infrastruktur bahwa Investasi dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan energi, dapat meningkatkan konektivitas dan efisiensi ekonomi, mendorong aktivitas ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja;
(3) Pengembangan Sumber Daya Manusia ini merupakan Investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan kesehatan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang ;
(4)Pendorong Industri Strategis dimana harus fokus pada pengembangan industri-industri yang memiliki potensi untuk berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti teknologi, manufaktur, dan sektor ekspor.
(5) Peningkatan Investasi melalui berbagai insentif dan penyederhanaan regulasi, untuk meningkatkan modal, teknologi, dan pengetahuan yang masuk ke dalam ekonomi nasional.
(6) Pengembangan Pasar Ekspor untk Mengembangkan dan diversifikasi pasar ekspor dlm meningkatkan permintaan internasional terhadap produk-produk Indonesia.
(7) Ketahanan Pangan, sebab harus memastikan pasokan pangan yang cukup dan stabil untuk mengurangi inflasi dan memberikan dukungan bagi pertumbuhan ekonomi.
(8) Pengembangan Sektor Keuangan upaya Meningkatkan inklusi keuangan, memperkuat sistem perbankan, serta mengembangkan pasar modal dan instrumen keuangan lainnya.
(9) Pemberdayaan UMKM dalam Mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai kontributor penting dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi mikro (lokal).
(10) Inovasi dan Riset untk mendorong inovasi dalam berbagai sektor melalui dukungan pada riset dan pengembangan teknologi.
Sejumlah langkah tersebut penting agar direspon secara baik, dikerjakan dan dioperasionalkan oleh Negara demi terciptanya transformasi ekonomi menuju bonus demograsi 2030 dan menyongsong Indonesia Emas 2045 serta mempersiapkan diri secara baik dalam mengisi Negara Nusantara Maju, Berdaulat dan Berkelanjutan.
Penulis: Imelda Islamiyati Mahasiswa Magistem Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Keuangan Negara dan Daerah Universitas Trisakti/Founder Women Conneected.