Foto: Sabolah, M.Pd Calon Anggota DPD RI Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB). |
Sebelum mengupas alasan kenapa harus mendukung Sabolah untuk mejadi anggota DPD RI dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB), terlebih dulu saya ingin kembali mengingatkan kita pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad.
"Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya." (HR. Al-Bukhari: 5108, Muslim: 2628), Ahmad:19163)
Jika diselami makna dari hadits tersebut, adalah sebuah perintah kepada kita untuk selalu bersama orang yang baik. Memiliki faedah bahwa bersama dengan orang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita. Bersama dengan orang baik akan mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan memberikan manfaat dengan aroma harum minyak wanginya. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal duduk bersanding dengannya, kita akan mendapat ketenangan dari aroma harum minyak wangi tersebut.
Hal tersebut jika kita tarik dalam konteks Pemilhan Legislatif (Pileg), maka tentu kita wajib memberi dukungan kepada orang yang baik. Agar setiap kebaikan yang ia lakukan sebagai perwakilan kita menjadi ladang ibadah bagi kita pula.
Melalui tulisan singkat ini, saya sedikit ingin membeberkan alasan kenapa pada 14 Februari 2024 mendatang, saya mengajak seluruh masyarakat NTB, khususnya generasi muda, untuk mendukung Calon Anggota DPD RI Nomor Urut 20, Sabolah. Sebab dia adalah orang yang baik dan berasal dari keluarga yang baik-baik. Secara pribadi, saya sangat mengenal Sabolah dan keluarganya, sehingga sekali lagi saya memastikan bahwa dia adalah orang yang baik.
Sabolah adalah representasi generasi muda. Energi dan semangat perubahannya tak pernah kendor. Bahkan semakin hari semakin membara, layaknya api yang tetap tersiram minyak.
Meski masih muda, namun track record dan pengalamannya tidak dapat diragukan. Sabolah adalah aktivis yang berproses dari bawah, terhitung saat awal menjadi mahasiswa. Sejak mulai aktif di dunia aktivis, Sabolah kerap melakukan kerja-kerja advokasi masyarakat, khususnya di NTB.
Sabolah adalah mantan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), yang merupakan organisasi mahasiswa Islam dan bersifat nirlaba. Karena bersifat nirlaba, di organisasi tersebut tidak ada pembiayaan resmi dari negara. Maka secara otomatis para pengurusnya tidak mendapat imbalan berupa gaji atau insentif. Tapi murni pengabdian semata, dilandaskan rasa peka melihat ketimpangan dan aneka ragam problem sosial yang terjadi pada masyarakat.
Menjadi aktvis mahasiswa sekitar 16 tahun lamanya, membuat Sabolah menjadi pemuda intelek dan memiliki sensitifitas sosial yang tinggi. Seperti yang disampaikan Edward Shill, dia mengatagorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas.
Shill menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektual, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.
Hal tersebut selaras dengan apa yang dilakukan Sabolah selama ini. Sabolah telah banyak membantu permasalahan masyarakat. Sebagai contoh, saat terjadi bencana gempa bumi yang mengguncang NTB pada 2018 silam, Sabolah dengan sensitifitas sosialnya yang tinggi menggerakkan jejaringnya di PMII untuk ikut membantu. Sehingga bersama dengan tim relawan yang dipimpinnya dapat menyalurkan bantuan kepada para korban gempa kala itu.
Sabolah membangun sekitar 6 unit masjid, merehab puluhan rumah, serta mendistribusikan berbagai macam bantuan yang dibutuhkan para korban gempa, baik di Pulau Sumbawa maupun Pulau Lombok.
Selain itu, Sabolah juga saya nilai sebagai orang yang sangat peduli terhadap pendidikan. Selain secara pribadi yang sebentar lagi akan mendapat gelar doktor (S3), Sabolah banyak membantu anak-anak muda yang melanjutkan studi S2 diberbagai daerah.
Saat ini di Jakarta saja, terdapat sekitar 50an anak muda dari NTB yang sudah dan kini tengah melanjutkan study S2. Memang, bukan menggunakan financial pribadi Sabolah. Sebab ia sendiri bukanlah orang kaya yang memiliki financial banyak. Namun membantu anak-anak muda untuk mengenyam pendidikan tinggi, Sabolah memfasilitasi dengan pengayaan atau semacam pelatihan persiapan tes seleksi perguruan tinggi dan tes seleksi beasiswa. Kemudian dia menggerakkan jejaringnya di ibu kota agar para adik-adik binaannya itu dapat mengakses dan menerima aneka ragam jenis beasiswa yang disiapkan pemerintah maupun swasta.
Sejauh ini, Sabolah telah memperlihatkan kepeduliannya terhadap sesama. Dia selalu berupaya sekuat tenaga dan fikirannya untuk berbagi dan membantu orang lain. Sabolah belum menjadi apa-apa, tidak ada jabatan publik yang melekat pada dirinya, namun dia masih bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Bagaimana jika dikemudian hari, ketika dia memegang amanah menjadi salah satu pejabat publik. Haqul yakin, saya memastikan dia akan menguras fikiran dan tenaganya untuk kepentingan masyarakat banyak.
Terkhir saya sampaikan, jika Sabolah dapat duduk di kursi DPD RI, tentunya membuka harapan dan pastinya akan meningkatkan kepercayaan diri kita anak-anak muda lainnya. Pasalnya, Sabolah yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, bukan anak pejabat, bukan anak gubernur, bukan anak menteri, bukan anak ketua partai, bukan anak jenderal, tapi bisa menjadi pejabat publik. Kenapa tidak hal tersebut akan terjadi kepada kita anak muda lainnya yang memiliki cita-cita dan nawaitu untuk mendedikasikan diri kepada bangsa dan negara.